Senin, 25 Maret 2013

PENALARAN DEDUKTIF

Diposting oleh Fildzah Zhafrina di 22.32
1. PENALARAN DEDUKTIF

Penalaran deduktif bergerak dari sesuatu yang bersifat umum ke khusus. Penarikan kesimpulan dengan cara deduktif tidak menghasilkan pengetahuan baru, karena kesimpulannya telah tersirat pada premisnya. Penalaran deduktif dapat merupakan silogisme dan entimem.

2. MACAM - MACAM PENALARAN DEDUKTIF

a. Silogisme
Adalah cara berpikir formal, yang jarang terjadi dalam kehidupan sehari - hari, kita menemukan polanya saja, misalnya :
Ia dihukum karena melanggar peraturan X
Sebenarnya dapat dibentuk secara formal atau silogisme, yaitu :
* Semua yang melanggar peraturan X akan dihukum.
* Ia melanggar peraturan X.
* Ia dihukum.

Silogisme terdiri atas tiga term (mayor, tengah, dan minor) dan tiga proposisi (premis mayor, premis minor, dan kesimpulan)
Contoh :
1. Premis mayor : Semua orang kaya memiliki banyak uang.
    Premis minor  : Semua direktur adalah orang kaya.
    Kesimpulan    : Semua direktur memiliki banyak uang.

b. Entimem
Silogisme yang salah satu premisnya dihilangkan atau tidak di ucapkan karena sudah sama - sama diketahui.
Contoh :
Menipu adalah dosa karena merugikan orang lain
Kalimat di atas dapat dipenggal dua, yaitu :
* Menipu adalah dosa
* Karena (menipu) merugikan orang lain.



3. JENIS - JENIS SILOGISME

Berdasarkan bentuknya, silogisme terdiri dari:
a. Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term). 
Contoh:
* Premis Mayor : Semua tumbuhan membutuhkan air.
* Premis Minor  : Akasia adalah tumbuhan. 
* Konklusi         : Akasia membutuhkan air.

Hukum - Hukum Silogisme Kategorik
a. Apabila salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan harus partikular juga.
Contoh:
* Premis Mayor : Semua yang halal dimakan menyehatkan 
* Premis Minor  : Sebagian makanan tidak menyehatkan 
* Konklusi         : Sebagian makanan tidak halal dimakan 

b. Apabila salah satu premis bersifat negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.
Contoh:
* Premis Mayor : Semua korupsi tidak disenangi       
* Premis Minor  : Sebagian pejabat korupsi 
* Konklusi         : Sebagian pejabat tidak disenangi 

c. Apabila kedua premis bersifat partikular, maka tidak sah diambil kesimpulan.
Contoh:
* Premis 1 : Beberapa politikus tidak jujur
* Premis 2 : Bambang adalah politikus 

Kedua premis tersebut tidak bisa disimpulkan. Jika dibuat kesimpulan, maka kesimpulannya hanya bersifat kemungkinan (bukan kepastian).
Konklusi : Bambang mungkin tidak jujur

d. Apabila kedua premis bersifat negatif, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini dikarenakan tidak ada mata rantai yang menhhubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan dapat diambil jika salah satu premisnya positif.
Contoh:
* Premis 1 : Kerbau bukan bunga mawar       
* Premis 2 : Kucing bukan bunga mawar 
Kedua premis tersebut tidak mempunyai kesimpulan

e. Apabila term penengah dari suatu premis tidak tentu, maka tidak akan sah diambil kesimpulan.
Contoh:
Semua ikan berdarah dingin.
Binatang ini berdarah dingin.
Maka, binatang ini adalah ikan?
Mungkin saja binatang melata.

f. Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term redikat yang ada pada premisnya. Apabila tidak konsisten, maka kesimpulannya akan salah.
Contoh:
* Premis 1 : Kerbau adalah binatang.
* Premis 2 : Kambing bukan kerbau.
   Kambing bukan binatang ?
Binatang pada konklusi merupakan term negatif sedangkan pada premis 1 bersifat positif

g. Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain.
Contoh:
* Premis Mayor : Bulan itu bersinar di langit.
* Premis Minor  : Januari adalah bulan.
* Januari bersinar dilangit?

h. Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term, tidak bisa diturunkan konkulsinya.
Contoh :
Premis 1 : Kucing adalah binatang.
Premis 2 : Domba adalah binatang.
Premis 3 : Beringin adalah tumbuhan.      
Premis 4 : Sawo adalah tumbuhan.
Dari premis tersebut tidak dapat diturunkan kesimpulannya

b. Silogisme Hipotetik
Silogisme hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik. Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetik:

# Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent.
   Contoh:
   * Premis Mayor : Jika hujan saya naik becak.      
   * Premis Minor  : Sekarang hujan.
   * Konklusi         : Saya naik becak.

# Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya.
   Contoh :
   * Premis Mayor : Jika hujan, bumi akan basah.
   * Premis Minor  : Sekarang bumi telah basah.
   * Konklusi         : Hujan telah turun.

# Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent.
   Contoh :
   * Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
   * Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa.
   * Kegelisahan tidak akan timbul.

 # Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya.
    Contoh :
    * Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah.
    * Pihak penguasa tidak gelisah.
    * Mahasiswa tidak turun ke jalanan.

Hukum-hukum Silogisme Hipotetik 

Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting menentukan kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.
Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, maka hukum silogisme hipotetik adalah:

* Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
* Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
* Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
* Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.

c. Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh:

* Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
* Nenek Sumi berada di Bandung.
* Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.

d. Silogisme Disjungtif

Silogisme disjungtif adalah silogisme yang premis mayornya merupakan keputusan disjungtif, sedangkan premis minornya bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor. Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang semestinya.

Silogisme ini ada dua macam yaitu:
d.1 Silogisme disjungtif dalam arti sempit
Silogisme disjungtif dalam arti sempit berarti mayornya mempunyai alternatif kontradiktif.
Contoh :
* Premis 1 : Heri jujur atau berbohong.
* Premis 2 : Ternyata Heri berbohong.
* Konklusi : Ia tidak jujur.

d.2 Silogisme disjungtif dalam arti luas
Silogisme disjungtif dalam arti luas berarti premis mayornya mempunyai alternatif bukan kontradiktif.
Contoh :
* Premis 1 : Hasan di rumah atau di pasar.      
* Premis 2 : Ternyata tidak di rumah.
* Konklusi : Hasan di pasar.

Hukum - Hukum Silogisme Disjungtif
a. Silogisme disjungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid.
Contoh:
* Hasan berbaju putih atau tidak putih.
* Ternyata Hasan berbaju putih.
* Hasan bukan tidak berbaju putih.

b. Silogisme disjungtif dalam arti luas, kebenaran konklusinya adalah bila premis minor mengakui salah satu alternatif, maka konklusinya sah (benar).
Contoh :
* Budi menjadi guru atau pelaut.
* Budi adalah guru.
* Maka Budi bukan pelaut.

c. Bila premis minor mengingkari salah satu alternatif, maka konklusinya tidak sah (salah).
Contoh :
* Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogyakarta.
* Ternyata tidak lari ke Yogyakarta
* Dia lari ke Solo?
Konklusi yang salah karena bisa jadi dia lari ke kota lain.

Sumber :  

Minto Rahayu, 'Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi', Depok : Grasindo 2007

0 komentar on "PENALARAN DEDUKTIF"

Senin, 25 Maret 2013

PENALARAN DEDUKTIF

1. PENALARAN DEDUKTIF

Penalaran deduktif bergerak dari sesuatu yang bersifat umum ke khusus. Penarikan kesimpulan dengan cara deduktif tidak menghasilkan pengetahuan baru, karena kesimpulannya telah tersirat pada premisnya. Penalaran deduktif dapat merupakan silogisme dan entimem.

2. MACAM - MACAM PENALARAN DEDUKTIF

a. Silogisme
Adalah cara berpikir formal, yang jarang terjadi dalam kehidupan sehari - hari, kita menemukan polanya saja, misalnya :
Ia dihukum karena melanggar peraturan X
Sebenarnya dapat dibentuk secara formal atau silogisme, yaitu :
* Semua yang melanggar peraturan X akan dihukum.
* Ia melanggar peraturan X.
* Ia dihukum.

Silogisme terdiri atas tiga term (mayor, tengah, dan minor) dan tiga proposisi (premis mayor, premis minor, dan kesimpulan)
Contoh :
1. Premis mayor : Semua orang kaya memiliki banyak uang.
    Premis minor  : Semua direktur adalah orang kaya.
    Kesimpulan    : Semua direktur memiliki banyak uang.

b. Entimem
Silogisme yang salah satu premisnya dihilangkan atau tidak di ucapkan karena sudah sama - sama diketahui.
Contoh :
Menipu adalah dosa karena merugikan orang lain
Kalimat di atas dapat dipenggal dua, yaitu :
* Menipu adalah dosa
* Karena (menipu) merugikan orang lain.



3. JENIS - JENIS SILOGISME

Berdasarkan bentuknya, silogisme terdiri dari:
a. Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term). 
Contoh:
* Premis Mayor : Semua tumbuhan membutuhkan air.
* Premis Minor  : Akasia adalah tumbuhan. 
* Konklusi         : Akasia membutuhkan air.

Hukum - Hukum Silogisme Kategorik
a. Apabila salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan harus partikular juga.
Contoh:
* Premis Mayor : Semua yang halal dimakan menyehatkan 
* Premis Minor  : Sebagian makanan tidak menyehatkan 
* Konklusi         : Sebagian makanan tidak halal dimakan 

b. Apabila salah satu premis bersifat negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.
Contoh:
* Premis Mayor : Semua korupsi tidak disenangi       
* Premis Minor  : Sebagian pejabat korupsi 
* Konklusi         : Sebagian pejabat tidak disenangi 

c. Apabila kedua premis bersifat partikular, maka tidak sah diambil kesimpulan.
Contoh:
* Premis 1 : Beberapa politikus tidak jujur
* Premis 2 : Bambang adalah politikus 

Kedua premis tersebut tidak bisa disimpulkan. Jika dibuat kesimpulan, maka kesimpulannya hanya bersifat kemungkinan (bukan kepastian).
Konklusi : Bambang mungkin tidak jujur

d. Apabila kedua premis bersifat negatif, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini dikarenakan tidak ada mata rantai yang menhhubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan dapat diambil jika salah satu premisnya positif.
Contoh:
* Premis 1 : Kerbau bukan bunga mawar       
* Premis 2 : Kucing bukan bunga mawar 
Kedua premis tersebut tidak mempunyai kesimpulan

e. Apabila term penengah dari suatu premis tidak tentu, maka tidak akan sah diambil kesimpulan.
Contoh:
Semua ikan berdarah dingin.
Binatang ini berdarah dingin.
Maka, binatang ini adalah ikan?
Mungkin saja binatang melata.

f. Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term redikat yang ada pada premisnya. Apabila tidak konsisten, maka kesimpulannya akan salah.
Contoh:
* Premis 1 : Kerbau adalah binatang.
* Premis 2 : Kambing bukan kerbau.
   Kambing bukan binatang ?
Binatang pada konklusi merupakan term negatif sedangkan pada premis 1 bersifat positif

g. Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain.
Contoh:
* Premis Mayor : Bulan itu bersinar di langit.
* Premis Minor  : Januari adalah bulan.
* Januari bersinar dilangit?

h. Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term, tidak bisa diturunkan konkulsinya.
Contoh :
Premis 1 : Kucing adalah binatang.
Premis 2 : Domba adalah binatang.
Premis 3 : Beringin adalah tumbuhan.      
Premis 4 : Sawo adalah tumbuhan.
Dari premis tersebut tidak dapat diturunkan kesimpulannya

b. Silogisme Hipotetik
Silogisme hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik. Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetik:

# Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent.
   Contoh:
   * Premis Mayor : Jika hujan saya naik becak.      
   * Premis Minor  : Sekarang hujan.
   * Konklusi         : Saya naik becak.

# Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya.
   Contoh :
   * Premis Mayor : Jika hujan, bumi akan basah.
   * Premis Minor  : Sekarang bumi telah basah.
   * Konklusi         : Hujan telah turun.

# Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent.
   Contoh :
   * Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
   * Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa.
   * Kegelisahan tidak akan timbul.

 # Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya.
    Contoh :
    * Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah.
    * Pihak penguasa tidak gelisah.
    * Mahasiswa tidak turun ke jalanan.

Hukum-hukum Silogisme Hipotetik 

Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting menentukan kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.
Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, maka hukum silogisme hipotetik adalah:

* Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
* Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
* Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
* Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.

c. Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh:

* Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
* Nenek Sumi berada di Bandung.
* Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.

d. Silogisme Disjungtif

Silogisme disjungtif adalah silogisme yang premis mayornya merupakan keputusan disjungtif, sedangkan premis minornya bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor. Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang semestinya.

Silogisme ini ada dua macam yaitu:
d.1 Silogisme disjungtif dalam arti sempit
Silogisme disjungtif dalam arti sempit berarti mayornya mempunyai alternatif kontradiktif.
Contoh :
* Premis 1 : Heri jujur atau berbohong.
* Premis 2 : Ternyata Heri berbohong.
* Konklusi : Ia tidak jujur.

d.2 Silogisme disjungtif dalam arti luas
Silogisme disjungtif dalam arti luas berarti premis mayornya mempunyai alternatif bukan kontradiktif.
Contoh :
* Premis 1 : Hasan di rumah atau di pasar.      
* Premis 2 : Ternyata tidak di rumah.
* Konklusi : Hasan di pasar.

Hukum - Hukum Silogisme Disjungtif
a. Silogisme disjungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid.
Contoh:
* Hasan berbaju putih atau tidak putih.
* Ternyata Hasan berbaju putih.
* Hasan bukan tidak berbaju putih.

b. Silogisme disjungtif dalam arti luas, kebenaran konklusinya adalah bila premis minor mengakui salah satu alternatif, maka konklusinya sah (benar).
Contoh :
* Budi menjadi guru atau pelaut.
* Budi adalah guru.
* Maka Budi bukan pelaut.

c. Bila premis minor mengingkari salah satu alternatif, maka konklusinya tidak sah (salah).
Contoh :
* Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogyakarta.
* Ternyata tidak lari ke Yogyakarta
* Dia lari ke Solo?
Konklusi yang salah karena bisa jadi dia lari ke kota lain.

Sumber :  

Minto Rahayu, 'Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi', Depok : Grasindo 2007

0 komentar:

 

CHEER UP!! がんばって~ Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Sponsored by Online Business Journal