Minggu, 26 Desember 2010

Muslim di Amerika makin Dibendung, Makin Berkembang

Diposting oleh Fildzah Zhafrina di 11.57
Masih ingat pro kontra rencana pembangunan masjid dekat ground zero--- lokasi serangan 9/11, New york, Amerika Serikat (AS)? Penolakan itu menyulut aksi pembakaran Al-Qur'an oleh sejumlah komunitas anti-islam dan membuat hati Muslim dunia tersinggung. Presiden AS Barack Obama sampai turun tangan. "No regret!" tegasnya di hadapan wartawan yang mempertanyakan dukungannya terhadap pembangunan itu.


Allah selalu punya cara unik memberi hidayah kepada umat-Nya. Bukan rahasia kalau dampak serangan 9/11 membuat warga AS penasaran dengan Islam. Penjualan Al-Qur'an pun meningkat di sejumlah toko buku di Amerika. Masjid dan Islamic Center AS ikut sibuk menyediakan Al-Qur'an, sekadar memfasilitasi keingintahuan masyarakat tentang Islam.

Dari sekadar ingin tahu tadi, tak sedikit warga Non-Muslim yang bersyahadat. Mereka baru sadar, Islam ternyata rasional, proporsional dan loveable. Dengan berjalannya waktu, warga AS semakin mengakui eksitensi Islam. Bahkan, kalu ditelusuri, Muslim ada di setiap lini kehidupan. Dari anggota kongres, pegawai Gedung Putih, anggota DPRD, sampai wali kota. Syamsi Ali (di AS ia lebih dikenal dengan Imam Shamsi Ali), menyebut 1 dari 8 penduduk kota New York adalah muslim. Sementara lebih dari 13% murid muslim ada di tiap sekolah di AS.

Informasi ini tentu saja melegakan. Namun, di sisi lain menimbulkan ketakutan (Islamphobia) bagi komunitas yang tak senang dengan perkembangan ini. Kondisi ini, menurut Syamsi, menggambarkan kesatuan umat si AS masih dalam proses kematangan. Namun, semua pristiwa yang terjadi justru memperkuat hubungan antaragama di Amerika.

Selain itu, umat Muslim merasa aman dan bisa hidup normal, sebesar apapun gerakan anti-islam di negara Amerika. "Hukum masih ditegakkan di sini," katanya sembari mengacungkan jempol.

Sementara Abdul Nur Adnan, pendiri Indonesian Muslim Association In America, membagi sikap warga AS terhadap Islam ke dalam tiga kelompok. Pertama, mereka yang baru tahu tentang Islam, tidak menganggap agama ini berbahaya. Kedua, kelompok yang menganggap Islam sebagai bahaya. Ketiga, public AS yang tak tahu banyak mengenai Islam. Golongan terakhir inilah yang termasuk mengkhawairkan karena mereka mudah dipengaruhi orang lain.

Karakter masyarakat Amerika yang selau ingin tahu membuat para imam mendapat undangan ke sana-sini. Mulai dari sekolah, perkantoran, organisasi buruh, jompo, pasien rumah sakit, militer, penjara, sampai pengurus sinagog, untuk bicara tentang Islam. Bentuk dukungannya beragam, ada yang berupa ajakan diskusi ilmiah, seminar, konfrensi, dialog, bahkan debat.


Siapa sangka, kajian Islam jadi kelas favorit siswa. Organisasi mahasiswa islam, seperti Muslim Student Assosiation, kini tersebar di tiap kampus. Tempat khusus shalat Jum'at pun tersedia di Gedung Federal dan Kongres, dan perayaan hari besar di kantor, merupakan hal yang biasa.

Soal pengajian, tak dibatasi. Kalau tak semapt para Ibu bisa mengikutinya lewat handphone atau Radio IMSA yang disiarkan ke seluruh AS lewat internet.

Kehidupan masjid kian dinamis karena menjadi ajang aktivitas komunitas. Di tempat itu mereka merancang kegiatan pendidikan sampai ekonomi. Ada yang membuka Sunday School, atau tafsir Al- Qur'an. Bahkan yang tak berhubungan dengan Islam sekalipun, seperti masjid dekat Washington, membuka klub basket, sepak bola, karate bernama All Dulles American Muslims Center. Masjid lainnya membuka kursus non-agama seperti reparasi komputer.

So, Kedamaian Alhamdulillah masih ada bagi Muslim yang menjalankan ibadahnya di negeri Land of Freedom tsb. :)

~Ummi Magazine~

0 komentar on "Muslim di Amerika makin Dibendung, Makin Berkembang"

Minggu, 26 Desember 2010

Muslim di Amerika makin Dibendung, Makin Berkembang

Masih ingat pro kontra rencana pembangunan masjid dekat ground zero--- lokasi serangan 9/11, New york, Amerika Serikat (AS)? Penolakan itu menyulut aksi pembakaran Al-Qur'an oleh sejumlah komunitas anti-islam dan membuat hati Muslim dunia tersinggung. Presiden AS Barack Obama sampai turun tangan. "No regret!" tegasnya di hadapan wartawan yang mempertanyakan dukungannya terhadap pembangunan itu.


Allah selalu punya cara unik memberi hidayah kepada umat-Nya. Bukan rahasia kalau dampak serangan 9/11 membuat warga AS penasaran dengan Islam. Penjualan Al-Qur'an pun meningkat di sejumlah toko buku di Amerika. Masjid dan Islamic Center AS ikut sibuk menyediakan Al-Qur'an, sekadar memfasilitasi keingintahuan masyarakat tentang Islam.

Dari sekadar ingin tahu tadi, tak sedikit warga Non-Muslim yang bersyahadat. Mereka baru sadar, Islam ternyata rasional, proporsional dan loveable. Dengan berjalannya waktu, warga AS semakin mengakui eksitensi Islam. Bahkan, kalu ditelusuri, Muslim ada di setiap lini kehidupan. Dari anggota kongres, pegawai Gedung Putih, anggota DPRD, sampai wali kota. Syamsi Ali (di AS ia lebih dikenal dengan Imam Shamsi Ali), menyebut 1 dari 8 penduduk kota New York adalah muslim. Sementara lebih dari 13% murid muslim ada di tiap sekolah di AS.

Informasi ini tentu saja melegakan. Namun, di sisi lain menimbulkan ketakutan (Islamphobia) bagi komunitas yang tak senang dengan perkembangan ini. Kondisi ini, menurut Syamsi, menggambarkan kesatuan umat si AS masih dalam proses kematangan. Namun, semua pristiwa yang terjadi justru memperkuat hubungan antaragama di Amerika.

Selain itu, umat Muslim merasa aman dan bisa hidup normal, sebesar apapun gerakan anti-islam di negara Amerika. "Hukum masih ditegakkan di sini," katanya sembari mengacungkan jempol.

Sementara Abdul Nur Adnan, pendiri Indonesian Muslim Association In America, membagi sikap warga AS terhadap Islam ke dalam tiga kelompok. Pertama, mereka yang baru tahu tentang Islam, tidak menganggap agama ini berbahaya. Kedua, kelompok yang menganggap Islam sebagai bahaya. Ketiga, public AS yang tak tahu banyak mengenai Islam. Golongan terakhir inilah yang termasuk mengkhawairkan karena mereka mudah dipengaruhi orang lain.

Karakter masyarakat Amerika yang selau ingin tahu membuat para imam mendapat undangan ke sana-sini. Mulai dari sekolah, perkantoran, organisasi buruh, jompo, pasien rumah sakit, militer, penjara, sampai pengurus sinagog, untuk bicara tentang Islam. Bentuk dukungannya beragam, ada yang berupa ajakan diskusi ilmiah, seminar, konfrensi, dialog, bahkan debat.


Siapa sangka, kajian Islam jadi kelas favorit siswa. Organisasi mahasiswa islam, seperti Muslim Student Assosiation, kini tersebar di tiap kampus. Tempat khusus shalat Jum'at pun tersedia di Gedung Federal dan Kongres, dan perayaan hari besar di kantor, merupakan hal yang biasa.

Soal pengajian, tak dibatasi. Kalau tak semapt para Ibu bisa mengikutinya lewat handphone atau Radio IMSA yang disiarkan ke seluruh AS lewat internet.

Kehidupan masjid kian dinamis karena menjadi ajang aktivitas komunitas. Di tempat itu mereka merancang kegiatan pendidikan sampai ekonomi. Ada yang membuka Sunday School, atau tafsir Al- Qur'an. Bahkan yang tak berhubungan dengan Islam sekalipun, seperti masjid dekat Washington, membuka klub basket, sepak bola, karate bernama All Dulles American Muslims Center. Masjid lainnya membuka kursus non-agama seperti reparasi komputer.

So, Kedamaian Alhamdulillah masih ada bagi Muslim yang menjalankan ibadahnya di negeri Land of Freedom tsb. :)

~Ummi Magazine~

0 komentar:

 

CHEER UP!! がんばって~ Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Sponsored by Online Business Journal