Dengan dukungan dan pengertian orangtua terhadap anaknya, tentulah anak dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Maka karena itu, jika sebelumnya kita menyimak ulasan tentang anak Indonesia yang berbakat, sekarang kita simak ulasan Ibunda mereka~
- IBUNDA ARRIVAL-TAUFIK : YENI SOFFIA
Tak pernah terbayangkan oleh Yeni soffia kalau ketekunan anak-anak mereka berkomputer selama ini ternyata menjadi hal yang membanggakan keluarga besar. Tak menyangka dua anak lelakinya jadi perhatian banyak orang di dunia maya, lalu diliput media massa cetak maupun elektronik.
Ibu kepala sekolah taman kanak-kanak ini sangat bersyukur, kedua putranya bisa berprestasi bagus meskipun kondisi ekonomi keluarga hanya pas-pasan. Masih segar dalam ingatannya, setahun lalu Arrival yang ingin sekali belajar programming tapi kesulitan akses. Mau dikursuskan, bingung karena sepengetahuannya kelas menjadi programmer itu kebanyakan untuk mahasiswa. Belum lagi bingung dari mana mendapatkan uangnya.
"Arrival bilang, ia minta uang jajannya dipotong asal bisa kursus programmer. Kami bingung harus membagi uang yang ada. Jangankan untuk kursus, menyiapkan uang jajannya saja sudah kerepotan. Terlebih diwaktu itu kakaknya lebih membutuhkan uang untuk kursus bimbingan belajar dan masuk universitas, maklum sudah kelas III, saya beri pengertian kepada Arrival untuk menunda dulu kenginannya", ujar ibu 3 anak ini.
Untuk mengobati kekecewaan anaknya, Yeni menjanjikan membeli buku-buku programming. Tapi ternyata harga buku-buku itu lebih mahal dari dugaannya, lagi-lagi ia negoisasi dengan Arrival, menjanjikan anaknya buku kalau sudah ada diskon.
Untunglah Arrival pengertian. Alhasil, setiap kali orang tuanya mengintip toko buku, melihat sudah ada diskon atau belum. Sampai akhirnya ada diskon 50%, ayahnya langsung mengajak Arrival ke bazar buku. Namun sempat beli beberapa buku dulu, sehingga uang di saku tinggal Rp.50.000, jadilah urung beli. Akhirnya sepanjang jalan dari lokasi bazar buku sampai ke rumah Arrival menangis, lanjut sampai semalaman.
Sebagai orangtua Yeni dan suaminya berusaha memenuhi, hingga besok pagi sekali bersama ayahnya Arrival kembali ke bazaar, beli buku itu. Setelah buku dimiliki, kembali harus ada uang untuk mengadakan sambungan internet. Akhirnya keluarga ini mengajak tetangga patungan.
Melihat potensi anaknya dalam ilmu komputer, Bu Yeni pun mengajukan surat permohonan beasiswa ke instansi-instansi, tapi nihil. Ia arahkan anaknya untuk terus ikhtiar, giat berdoa, dan bersabar. Kini jalan mengembangkan kemampuan telah terbuka, Yeni mengingatkan anaknya untuk tambah rajin beribadah.
- IBUNDA FAHMA & HANIA : YUSI ELSIANO
Sebagai ibu, Yusi menilai pentingnya berkomunikasi untuk menumbuhkan kedekatan emosional antara orang tua dengan anak, memanfaatkan waktu untuk memupuk kekompakan.
"Yang terpenting buat anak jatuh cinta kepada orangtua. Jika anak jatuh cinta kepada orangtuanya, ia akan patuh, mau mendengarkan nesihat dan berusaha tidak mengecewakan orang tua", Kata Yusi.
Terbukti, ternyata Fahma terpacu pesan orangtuanya untuk tidak cepat puas dalam berkarya. Ilmu harus digali terus dan dibagikan ke sesama untuk kebaikan.
Diawali mereka memutar VCD edukatif pada Fahma, Fahma pun jadi gemar berlama-lama main game di komputer. Sampai suatu saat ayahnya menantang. "Masa biasanya cuma main game? Kan nggak ada nilainya, waktu juga habis gak jelas. Coba dong bikin game sendiri", tiru Yusi.
Perlahan, sang Ayah pun mengenalkan Fahma program presentasi Power Point, lalu belajar membuat presentasi. Kali lain belajar menggambar animasi lewat buku tutorial.
- IBUNDA M YAHYA HARLAN : FIDRIANA
Dari usia balita, ternyata Yahya memang sudah menunjukkan ketertarikannya pada bidang elektronik dan komputer. Bila diajak ke mal ada yang bermain piano, ia justru berlari ke kolong piano, mencari sumber bunyinya. Saat kelas IV SD, tambah perempuan lulusan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia ini, putranya itu bersemangat sekali kalau les komputer daripada harus les piano atau gitar. Jadi meski harus pulang malam, anak ini tidak terlihat capek. Kebalikannya ia justru menikmatinya.
" Tujuan kami untuk bisa lebih fokus mengarahkan pendidikan anak-anak. Sebagai orang tua, kami tak lagi terlalu ngoyo atau mengahbiskan waktu untuk pekerjaan atau menghabiskan waktu untuk pekerjaan, dan bisa lebih sering kumpul dengan anak-anak", ujar sang Ibu.
Mereka juga mengaku bisa lebih intens dalam mengaplikasikan nilai-nilai kebaikan yang diterapkan kepada putra-putrinya dalam kehidupan sehari-hari.
"Saya terharu melihat nilai yang diserap anak. Saat mendapat hadiah uang, ia justru memberikan uang tersebut ke anak-anak panti asuhan. Situs Salingsapa.com yang dipunyai Yahya juga tidak ada nilai bisnisnya", ujar Bu Fidriana lagi.
Source : Kartini Magazine