Senin, 16 Mei 2011

Ma, Pa Dengerin Pendapatku Doong....

Diposting oleh Fildzah Zhafrina di 11.57

Sebel deh, kalo ortu kite kagak dengerin pendapat kita! Yang bisa ngeluarin pendapat dan mendengarkan kan bukan orang tua aja, tapi anak-anaknya jugaaa..
ngeliat di tipi, Ada tuh kejadian artis muda kabur dari rumah, pengakuannya karena orang tuanya tidak mendengarkan pendapatnya. Dan mungkin seseorang yang kalian kenal atau bahkan kalian sendiri, pernah juga melakukan hal semacam minggat dan yang lainnya karena kesal pendapat kalian tidak di dengar ortu.
Menurut Psikolog Lembaga Terapan Universitas Indonesia, Ajeng Raviando, berpendapat dan didengarkan pendapatnya, bagi anak sangat penting.
Mudah-mudahan ada orang tua yang baca nih entri :

  • ITULAH BAHASA REMAJA
Sering terjadi orang tua tidak mampu menerjemahkan bahasa remaja dan bersikeras menggunakan bahasa sendiri dalam mendidik anaknya. Padahal bahasa remaja jauh berbeda dengan bahasa orangtua.
Misalnya nih : bahasa makanan di mana remaja bisa berbincang sambil menikmati makanan. Sebulan sekali ke restoran yang dia pilih sendiri lalu mengobrol di sana. Bahasa fesyen, dimana orang tua tahu gaya berpakaian anak remaja. Tidak banyak protes kalau gayanya sedikit nyeleneh. Kecuali berlebihan. Lalu, bahasa tempat dimana remaja bergaul dengan teman-temannya. Dengan mengetahui, Anda bisa ikut terlibat bahkan memberikan alternatif yang logis bila tempatnya tidak tepat.
Bahasa informasi teknologi juga digandrungi remaja, meliputi HP, komputer, film, majalah, games. 
Yang terpenting setelah mengikuti bahasa remaja, jangan terus menerus memenuhi permintaan mereka atau Anda mengalah. Tetapi harus ada filter, mana yang dampaknya positif dan negatif mesti diperhatikan.
  • MENJALIN KOMUNIKASI DUA ARAH
Memahami bahasa remaja berarti menjalin komunikasi dua arah. Dimana remaja berpendapat dan orang tua mendengarkan atau sebaliknya. Kalau anak harus menurut saja dan pendapatnya dianggap tak berharga yang terjadi adalah pemberontakan.
Pertentangan antar keluarga atau orangtua dengan anak selama masa remaja biasanya disebabkan standar prilaku yang berbeda, sikap yang sangat kritis dari remaja, metode disiplin yang digunakan orangtua dianggap  'tidak adil', larangan mengenai waktu pulang dan teman-teman dengan siapa dia berhubungan. Dengan jalinan komunikasi seperti diskusi, pemberian alternatif-alternatif yang logis, akan dapat mengerem emosi remaja.

  • UNTUK CITRA DIRI
Dengan mendengarkan pendapat anak, berarti Anda memposisikan status anak sebagai mitra atau teman. Karena anak pun menganggap Anda temannya, maka ia tidak akan segan untuk mengutarakan apa permasalahan yang ada dalam dirinya, bahkan mengungkapkan apapun yang dialaminya. Itu berarti, kalau ia mendapat masalah dengan siapapun, ia tidak lari ke mana-mana tetapi pada orangtuanya saja.
Nahh... para orangtua atau yang akan menjadi orang tua, baca dan terapin ya (kalau pun ada yang baca). Dan ditegaskan lagi oleh sang psikolog, Ajeng, secara tidak langsung didengarkan pendapatnya meningkatkan citra dirinya yang positif, yang membuatnya tahu bahwa keberadaannya diakui dan ia adalah anak yang berharga. Terbiasa berpendapat, juga meningkatkan kepercayaan dirinya dalam menghadapi dan berinteraksi di dunia ynag lebih luas..

;)







0 komentar on "Ma, Pa Dengerin Pendapatku Doong...."

Senin, 16 Mei 2011

Ma, Pa Dengerin Pendapatku Doong....


Sebel deh, kalo ortu kite kagak dengerin pendapat kita! Yang bisa ngeluarin pendapat dan mendengarkan kan bukan orang tua aja, tapi anak-anaknya jugaaa..
ngeliat di tipi, Ada tuh kejadian artis muda kabur dari rumah, pengakuannya karena orang tuanya tidak mendengarkan pendapatnya. Dan mungkin seseorang yang kalian kenal atau bahkan kalian sendiri, pernah juga melakukan hal semacam minggat dan yang lainnya karena kesal pendapat kalian tidak di dengar ortu.
Menurut Psikolog Lembaga Terapan Universitas Indonesia, Ajeng Raviando, berpendapat dan didengarkan pendapatnya, bagi anak sangat penting.
Mudah-mudahan ada orang tua yang baca nih entri :

  • ITULAH BAHASA REMAJA
Sering terjadi orang tua tidak mampu menerjemahkan bahasa remaja dan bersikeras menggunakan bahasa sendiri dalam mendidik anaknya. Padahal bahasa remaja jauh berbeda dengan bahasa orangtua.
Misalnya nih : bahasa makanan di mana remaja bisa berbincang sambil menikmati makanan. Sebulan sekali ke restoran yang dia pilih sendiri lalu mengobrol di sana. Bahasa fesyen, dimana orang tua tahu gaya berpakaian anak remaja. Tidak banyak protes kalau gayanya sedikit nyeleneh. Kecuali berlebihan. Lalu, bahasa tempat dimana remaja bergaul dengan teman-temannya. Dengan mengetahui, Anda bisa ikut terlibat bahkan memberikan alternatif yang logis bila tempatnya tidak tepat.
Bahasa informasi teknologi juga digandrungi remaja, meliputi HP, komputer, film, majalah, games. 
Yang terpenting setelah mengikuti bahasa remaja, jangan terus menerus memenuhi permintaan mereka atau Anda mengalah. Tetapi harus ada filter, mana yang dampaknya positif dan negatif mesti diperhatikan.
  • MENJALIN KOMUNIKASI DUA ARAH
Memahami bahasa remaja berarti menjalin komunikasi dua arah. Dimana remaja berpendapat dan orang tua mendengarkan atau sebaliknya. Kalau anak harus menurut saja dan pendapatnya dianggap tak berharga yang terjadi adalah pemberontakan.
Pertentangan antar keluarga atau orangtua dengan anak selama masa remaja biasanya disebabkan standar prilaku yang berbeda, sikap yang sangat kritis dari remaja, metode disiplin yang digunakan orangtua dianggap  'tidak adil', larangan mengenai waktu pulang dan teman-teman dengan siapa dia berhubungan. Dengan jalinan komunikasi seperti diskusi, pemberian alternatif-alternatif yang logis, akan dapat mengerem emosi remaja.

  • UNTUK CITRA DIRI
Dengan mendengarkan pendapat anak, berarti Anda memposisikan status anak sebagai mitra atau teman. Karena anak pun menganggap Anda temannya, maka ia tidak akan segan untuk mengutarakan apa permasalahan yang ada dalam dirinya, bahkan mengungkapkan apapun yang dialaminya. Itu berarti, kalau ia mendapat masalah dengan siapapun, ia tidak lari ke mana-mana tetapi pada orangtuanya saja.
Nahh... para orangtua atau yang akan menjadi orang tua, baca dan terapin ya (kalau pun ada yang baca). Dan ditegaskan lagi oleh sang psikolog, Ajeng, secara tidak langsung didengarkan pendapatnya meningkatkan citra dirinya yang positif, yang membuatnya tahu bahwa keberadaannya diakui dan ia adalah anak yang berharga. Terbiasa berpendapat, juga meningkatkan kepercayaan dirinya dalam menghadapi dan berinteraksi di dunia ynag lebih luas..

;)







0 komentar:

 

CHEER UP!! がんばって~ Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Sponsored by Online Business Journal